Seloka [Kisah Mirip] Bagian 1 | Blusukan Jokowi [Serat Calon Arang]

Dodi Nurdjaja

Header Ads

728 x 90 ads 728 x 90 ads
Maaf sedang ada penataan ulang label, dalam rangka mau ganti theme/template. Berdampak di Menu Utama.


DMCA.com Protection Status
Copas harus se-izin pemilik konten

Seloka [Kisah Mirip] Bagian 1 | Blusukan Jokowi [Serat Calon Arang]

Mohon maaf, saya bukan ingin mencomot popularitas nama Jokowi.  Saya hanya sekedar teringat kisah-kisah lampau, sehubungan dengan aktivitas blusukan Jokowi.  Saya memang membagi beberapa bagian Seloka [Kisah Mirip], sebagai antisipasi tambahan postingan di kemudian hari. Mangga dilanjut membacanya.
---


Blusukan Jokowi [Serat Calon Arang]


Umar ibn al Khathab


(Foto lukisan diunduh dari http://eatdosirak.files.wordpress.com/2012/08/omar.jpg dari http://eatdosirak.wordpress.com/2012/08/27/serial-omar-umar-bin-khattab-episode-1/)

Sebagai seorang Khalifah, Umar ibn al Khathab sering melakukan 'ronda' berkeliling wilayah kekuasannya. Suatu ketika, ia mendengar tangisan anak-anak dari sebuah rumah kumuh, dan ia pun mendekat. Tepat di pinggiran jendela ia mendengar, sang ibu sedang berusaha menenangkan anaknya.  Rupanya anaknya menangis karena kelaparan sementara sang ibu tidak memiliki apapun untuk dimasak malam itu. Sang ibu pun hanya bisa merebus batu, untuk mengelabui anaknya agar tetap tenang, dan berharap anaknya tertidur karena kelelahan menunggu.

Sambil merebus batu sang ibu pun bergumam mengenai betapa enaknya hidup khalifah negeri ini dibanding hidupnya yang serba susah, tanpa mengetahui kehadiran Khalifah Umar di luar jendela.  Tentu saja Khalifah Umar menangis mendengar hal ini. Ia pun pergi dan langsung menuju ke gudang makanan yang ada di kota. Dibantu beberapa orang pegawainya, Khalifah Umar memilih bahan makanan dan memasukkannya ke dalam sebuah karung, ia sendiri yang memanggul karung makanan itu dan tidak mengizinkan seorang pun pegawainya yang menemaninya tadi untuk membantu membawa karung tersebut.  Sesampai di rumah itu, ia memberi salam. Setelah salam terjawab ia masuk sambil membawa bahan makanan tadi.  Ia sendiri pula yang memasak makanan itu.  Kemudian menemani keluarga itu makan, dan masih sempat pula menghibur sang anak hingga tertidur.

Sebelum pulang, Khalifah Umar bertanya, seandainya sang ibu itu berkesempatan bertemu dengan Sang Khalifah, apa yang akan dikatakan. Dengan marah sang ibu berkata akan menuntut sang Khalifah karena tidak pernah memperhatikan rakyatnya. Khalifah Umar memberi ibu itu sesuatu sambil mengatakan bahwa benda itu untuk diperlihatkan kepada para penjaga dan pengawal Sang Khalifah, sehingga sang ibu itu dapat langsung bertemu dengan Sang Khalifah. Kemudian Khalifah Umar pun berpamitan pulang.

Keesokan harinya sang ibu datang menghadap Khalifah Umar, dan terkejut demi melihat Khalifah Umar adalah orang yang menolongnya semalam.
---


Ratna Mangali (putri tunggal Calon Arang)

Pada suatu kisah, ketika Ratna Mangali sedang berjalan sepulang mencuci pakaian, ia mendengar tangisan anak-anak dari sebuah rumah kumuh. Dari samping rumah tersebut ia mendengar, sang ibu sedang berusaha menenangkan anaknya. Rupanya anaknya menangis karena kelaparan sementara sang ibu tidak memiliki apapun untuk dimasak pagi itu. Sang ibupun berusaha menenangkan sang anak dengan berpura-pura merebus sesuatu yang tak lain adalah batu, agar anaknya tenang dan berharap anaknya tertidur karena kelelahan menunggu. Sang ibu terus merebus batu tanpa mengetahui kehadiran Ratna Mangali di luar rumah.

Dengan ilmunya, Ratna Mangali mengambil sebakul nasi, lauk pauk dan sedikit makanan lainnya tanpa meninggalkan tempat itu.  Semua makanan itu diberikan kepada keluarga yang sedang kelaparan itu. Kemudian Ratna Mangali menemani keluarga itu makan.  Setelah kenyang, si anak pun tertidur. Sang ibu membereskan alat makan dibantu Ratna Mangali. Saat itu datanglah Calon Arang secara tiba-tiba dan sangat marah karena merasa kehilangan makanannya.  Ratna Mangali bersujud di kaki Calon Arang memohon ampunan bagi keluarga tadi.  Dengan geram, Calon Arang pulang membawa serta Ratna Mangali, putrinya.  Sekalipun marah, Calon Arang sangatlah sayang kepada putri tunggalnya itu.
---


Lokajaya alias RM Sahid (putra Adipati Tuban)


Foto lukisan Lokajaya AKA RM Sahid AKA Sunan Kalijaga http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/3/32/Sunan_Kalijaga.jpg dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Sunan_Kalijaga

Pada suatu ketika, RM Sahid yang menyamar sebagai Lokajaya sedang jalan-jalan di suatu kampung, ia mendengar tangisan anak-anak dari sebuah rumah kumuh. Dari kejauhan ia melihat, sang ibu sedang merebus sesuatu. Rupanya anaknya menangis karena kelaparan sementara sang ibu tidak memiliki apapun untuk dimasak siang itu. Sang ibu pun berusaha menenangkan sang anak dengan berpura-pura merebus sesuatu yang tak lain adalah batu, agar anaknya tenang dan berharap anaknya tertidur karena kelelahan menunggu. Sang ibu terus merebus batu tanpa mengetahui kehadiran Lokajaya yang melihatnya dari kejauhan.

Lokajaya berlari meninggalkan rumah itu dan langsung menuju ke gudang makanan milik Adipati, ayahnya.  Ia mengambil sekarung bahan makanan untuk diberikan kepada keluarga yang sedang kelaparan itu.  Lokajaya memanggul karung makanan itu sambil berlari pula, karena takut terlambat. Lokajaya ikut membantu memasak makanan itu, kemudian menemani keluarga itu makan. Selesai makan, Lokajaya menemani sang anak main hingga tertidur.  Kemudian barulah Lokajaya pamit untuk pulang.

Dan keluarga itu tak pernah tahu bahwa yang datang memberi makanan buat mereka siang itu adalah RM Sahid (putra Sang Adipati) yang kelak dikenal pula sebagai Sunan Kalijaga.
---


(Bersambung ke Seloka [Kisah Mirip] Bagian 2 | Lanjutan)


===

Blusukan Jokowi [Serat Calon Arang]

===
Jika ada kisah lain yang mirip dan belum tertulis di sini, silakan infokan kepada saya untuk melengkapi data.
Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Iklan dan Promosi terselubung masih boleh, asal cantumkan komentar yang sesuai tema.
Iklan/promosi yang berlebihan dan komentar yang tidak sesuai tema, akan dihapus.
Komentar spam akan dihapus juga.

Copyright © 2011 Dodi®Nurdjaja™ . Diberdayakan oleh Blogger.