Setiap terlintas atau mendengar kata "diplomasi" saya langsung teringat Bang Ucen (Bapak Husein Rahimy), seorang pembina kami dulu ketika masih di KIRJU (Kelompok Ilmiah Remaja Jakarta Utara). Saat itu sekretariat KIRJU masih di Perpustakaan GRJU (Gelanggang Remaja Jakarta Utara). Perpustakaan GRJU, di bawah Kepala Seksi Pendidikan dan Kerohanian. Maka [otomatis] setiap yang menjabat sebagai Kepala Seksi Pendidikan dan Kerohanian, menjadi pembina KIRJU di Perpustakaan GRJU, tidak terkecuali Bang Ucen ini.
---
Apa hubungannya dengan "diplomasi"? Bang Ucen inilah yang mengajarkan materi "Retorika dan Diplomasi". Setiap ada kekosongan pemberian materi, pasti Bang Ucen menambal dengan mengisi materi "Retorika dan Diplomasi". Yang sering terngiang untuk saya dan akhirnya menjadi term yang sering disebut-sebut di antara kami saat itu adalah, "Diplomasi itu, tipu-tipunya tiga puluh persen."
Yah, itu masa lalu yang penuh kenangan.
OK! Pada pertanyaan Yahoo!Answers kali ini, menyangkut MLM online. Saya pribadi sangat tidak senang dengan MLM online macam begini. Tapi jika saya langsung menjawab dengan nada ke-tidak-senang-an saya, pastilah akan membuahkan antipati dari si penanya.
Maka saya gunakan teknik diplomasi yang saya sebut "pantun". Jawaban "ke-tidak-senang-an" saya menjadi isi. Di mana saya harus merangkai awalan yang berupa sampiran. Jadi dari ke-tidak-senang-an saya, saya rangkai menjadi diplomasi "pantun" (sampiran dan isi), agar menjadi rangkaian jawaban yang persuasif-argumentatif.
Persuasif dan argumentatif, adalah jenis penulisan yang hampir mirip. Keduanya mengambil logika (matematika) jika-maka.
Jika P maka Q, atau disimbolkan dengan P→Q. Apabila nilai P adalah 0 (salah) dan nilai Q juga 0 (salah), logika ini menjadi bernilai 1 (benar). Apabila nilai P adalah 1 (benar) dan nilai Q juga 1 (benar), logika ini pun menjadi bernilai 1 (benar). Dalam perhitungan [matematika] statistik, P adalah data dan Q adalah kesimpulan. Artinya, jika [data] P salah, maka [kesimpulan] Q salah, adalah benar secara statistik. Jika [data] P benar, maka [kesimpulan] Q benar, adalah benar juga secara statistik. Jika [data] P benar, maka [kesimpulan] Q salah, menjadi salah secara statistik (nilai kesalahan tingkat β, harus diulang dari pencarian data). Jika [data] P salah, maka [kesimpulan] Q benar, menjadi benar secara statistik (nilai kesalahan tingkat α, jika perhitungan kesalahan 1%, atau selang kepercayaan 99% benar).
Tapi pada nilai Q, saya ingin menampilkan bahasa yang negatif. Maka saya harus menampilkan negasi dari negasi Q, atau ~(~Q). Jadi lengkapnya, persamaan itu adalah P → {~(~Q)}.
Maka untuk menjadi penulisan persuasif-argumentatif, saya tulis dulu data (dengan tingkat α 0,05%, atau selang kebenaran 99,95%), barulah kemudian saya tuliskan kesimpulan berupa negasi dari ketidaksenangan saya (seolah-olah saya mendukung).
Lalu di mana tipu-tipunya? Hmm... Anda sudah tahu apa itu diplomasi. Anda sendirilah yang bisa menyimpulkan.
Semoga terinspirasi.
Klik di sini untuk ke Yahoo!Answer |
Apa hubungannya dengan "diplomasi"? Bang Ucen inilah yang mengajarkan materi "Retorika dan Diplomasi". Setiap ada kekosongan pemberian materi, pasti Bang Ucen menambal dengan mengisi materi "Retorika dan Diplomasi". Yang sering terngiang untuk saya dan akhirnya menjadi term yang sering disebut-sebut di antara kami saat itu adalah, "Diplomasi itu, tipu-tipunya tiga puluh persen."
Yah, itu masa lalu yang penuh kenangan.
OK! Pada pertanyaan Yahoo!Answers kali ini, menyangkut MLM online. Saya pribadi sangat tidak senang dengan MLM online macam begini. Tapi jika saya langsung menjawab dengan nada ke-tidak-senang-an saya, pastilah akan membuahkan antipati dari si penanya.
Maka saya gunakan teknik diplomasi yang saya sebut "pantun". Jawaban "ke-tidak-senang-an" saya menjadi isi. Di mana saya harus merangkai awalan yang berupa sampiran. Jadi dari ke-tidak-senang-an saya, saya rangkai menjadi diplomasi "pantun" (sampiran dan isi), agar menjadi rangkaian jawaban yang persuasif-argumentatif.
Persuasif dan argumentatif, adalah jenis penulisan yang hampir mirip. Keduanya mengambil logika (matematika) jika-maka.
Jika P maka Q, atau disimbolkan dengan P→Q. Apabila nilai P adalah 0 (salah) dan nilai Q juga 0 (salah), logika ini menjadi bernilai 1 (benar). Apabila nilai P adalah 1 (benar) dan nilai Q juga 1 (benar), logika ini pun menjadi bernilai 1 (benar). Dalam perhitungan [matematika] statistik, P adalah data dan Q adalah kesimpulan. Artinya, jika [data] P salah, maka [kesimpulan] Q salah, adalah benar secara statistik. Jika [data] P benar, maka [kesimpulan] Q benar, adalah benar juga secara statistik. Jika [data] P benar, maka [kesimpulan] Q salah, menjadi salah secara statistik (nilai kesalahan tingkat β, harus diulang dari pencarian data). Jika [data] P salah, maka [kesimpulan] Q benar, menjadi benar secara statistik (nilai kesalahan tingkat α, jika perhitungan kesalahan 1%, atau selang kepercayaan 99% benar).
Tapi pada nilai Q, saya ingin menampilkan bahasa yang negatif. Maka saya harus menampilkan negasi dari negasi Q, atau ~(~Q). Jadi lengkapnya, persamaan itu adalah P → {~(~Q)}.
Maka untuk menjadi penulisan persuasif-argumentatif, saya tulis dulu data (dengan tingkat α 0,05%, atau selang kebenaran 99,95%), barulah kemudian saya tuliskan kesimpulan berupa negasi dari ketidaksenangan saya (seolah-olah saya mendukung).
Lalu di mana tipu-tipunya? Hmm... Anda sudah tahu apa itu diplomasi. Anda sendirilah yang bisa menyimpulkan.
Semoga terinspirasi.
Foto profil Yahoo saya untuk Yahoo!Answers, dengan nick Captain_N |
ampun gan ...
BalasHapusAda apa, rupanya?
HapusAmpun aja, atau ampun banget? :)
Tfcc (Thx 4 cum & comment)