Bangunan itu bukan berupa candi. Melihat bentuknya, saya pun sudah menduga kalau Situs ini adalah petirtaan (semacam kolam mandi).
---
(Sambungan dari http://dodi-nurdjaja.blogspot.com/2014/09/gampingan.html)
Situs Payak
Situs Payak
Dari Situs Candi Gampingan, tujuan mblusuk berikutnya adalah Situs Payak. Saya berkata kepada Cak Cuk Riomandha, agar mampir dulu ke mini market. Maklum, batere kamera saku saya sudah hampir sekarat dan kami lupa bawa air minum.
Setelah keluar ke Jalan Raya Wonosari, kami ke arah timur. Mampir sebentar di sebuah mini market, lalu lanjut. Sepertinya, Cak Cuk sudah hapal, di mana letak jalan masuknya. Kami hanya tinggal mengikuti saja dari belakang.
Sesampainya di Situs Payak, kami memarkir sepeda motor di area dalam. Saat itu tidak terlihat petugas. Cak Cuk memutuskan menunggu. Sambil berleha-leha, kami ngobrol ngalor-ngidul, di sela kesibukan memperhatikan gadget kami masing-masing.
Setelah petugas datang, entah dari mana, Cak Cuk berbasa-basi sebentar. Lalu kami mulai mendatangi bangunan batu itu.
Saya serahkan kamera saku saya kepada adik ipar saya. Adik ipar saya yang kemudian sibuk memotret. Sementara saya mengagumi penataan lokasi.
Meskipun panas terik, hijaunya rerumputan membuat saya merasa sejuk.
Bangunan itu bukan berupa candi. Melihat bentuknya, saya pun sudah menduga kalau Situs ini adalah petirtaan (semacam kolam mandi).
Pasti dari lubang inilah air segar mengalir, memenuhi kolam.
Entah apa saja yang berhasil ditemukan di situs ini. Dari bangunan yang tersisa, tampaknya sudah tidak utuh mulus lagi.
Letaknya yang menjorok agak jauh ke bawah, tidak menyulitkan kami. Ada bangunan anak tangga terbuat dari cor-coran semen.
Dalamnya mungkin sekitar 4 meter. Sempat terpikir, adakah yang berani turun ke bawah dengan cara melompat. Heheheh...
Mungkin harus dibikin satu undakan anak tangga lagi agar tidak terlalu jauh melangkahnya.
Tanah tempat Cak Cuk jongkok memotret, sepertinya adalah batas ketinggian air. Cak Cuk sedang memotret lubang pembuangan kelebihan batas air.
Enggan rasanya meninggalkan tempat ini.
Sebelumnya, saya dengar Dusun Payak, terletak di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Tapi menurut papan ini, Dusun Payak terletak di Desa Bintaran Wetan, Kecamatan Srimulyo, Kabupaten Bantul. Mungkin pernah terjadi pemekaran wilayah.
Kami kemudian duduk-duduk kembali di tempat sepeda motor kami di parkir. Saya bertanya kepada Cak Cuk, akan ke mana lagi. Dia jawab, makan siang lalu pulang. Kalau berikutnya pulang, saya pikir tidak usah ikut mereka lagi. Toh cuma sekedar makan siang.
Kami lalu berpamitan kepada petugas, setelah mengisi buku tamu. Motor kami bergerak ke arah Jalan Raya Wonosari. Cak Cuk dan Ninuk Retno Raras ke arah timur. Sementara saya dan adik ipar saya ke arah barat, pulang.
Papan tengara ini saya potret, justru saat akan pulang.
Bersambung
=====
---
(Sambungan dari http://dodi-nurdjaja.blogspot.com/2014/09/gampingan.html)
Situs Payak
Situs Payak
Dari Situs Candi Gampingan, tujuan mblusuk berikutnya adalah Situs Payak. Saya berkata kepada Cak Cuk Riomandha, agar mampir dulu ke mini market. Maklum, batere kamera saku saya sudah hampir sekarat dan kami lupa bawa air minum.
Setelah keluar ke Jalan Raya Wonosari, kami ke arah timur. Mampir sebentar di sebuah mini market, lalu lanjut. Sepertinya, Cak Cuk sudah hapal, di mana letak jalan masuknya. Kami hanya tinggal mengikuti saja dari belakang.
Sesampainya di Situs Payak, kami memarkir sepeda motor di area dalam. Saat itu tidak terlihat petugas. Cak Cuk memutuskan menunggu. Sambil berleha-leha, kami ngobrol ngalor-ngidul, di sela kesibukan memperhatikan gadget kami masing-masing.
Setelah petugas datang, entah dari mana, Cak Cuk berbasa-basi sebentar. Lalu kami mulai mendatangi bangunan batu itu.
Saya serahkan kamera saku saya kepada adik ipar saya. Adik ipar saya yang kemudian sibuk memotret. Sementara saya mengagumi penataan lokasi.
Meskipun panas terik, hijaunya rerumputan membuat saya merasa sejuk.
Bangunan itu bukan berupa candi. Melihat bentuknya, saya pun sudah menduga kalau Situs ini adalah petirtaan (semacam kolam mandi).
Pasti dari lubang inilah air segar mengalir, memenuhi kolam.
Entah apa saja yang berhasil ditemukan di situs ini. Dari bangunan yang tersisa, tampaknya sudah tidak utuh mulus lagi.
Letaknya yang menjorok agak jauh ke bawah, tidak menyulitkan kami. Ada bangunan anak tangga terbuat dari cor-coran semen.
Dalamnya mungkin sekitar 4 meter. Sempat terpikir, adakah yang berani turun ke bawah dengan cara melompat. Heheheh...
Mungkin harus dibikin satu undakan anak tangga lagi agar tidak terlalu jauh melangkahnya.
Tanah tempat Cak Cuk jongkok memotret, sepertinya adalah batas ketinggian air. Cak Cuk sedang memotret lubang pembuangan kelebihan batas air.
Enggan rasanya meninggalkan tempat ini.
Sebelumnya, saya dengar Dusun Payak, terletak di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Tapi menurut papan ini, Dusun Payak terletak di Desa Bintaran Wetan, Kecamatan Srimulyo, Kabupaten Bantul. Mungkin pernah terjadi pemekaran wilayah.
Kami kemudian duduk-duduk kembali di tempat sepeda motor kami di parkir. Saya bertanya kepada Cak Cuk, akan ke mana lagi. Dia jawab, makan siang lalu pulang. Kalau berikutnya pulang, saya pikir tidak usah ikut mereka lagi. Toh cuma sekedar makan siang.
Kami lalu berpamitan kepada petugas, setelah mengisi buku tamu. Motor kami bergerak ke arah Jalan Raya Wonosari. Cak Cuk dan Ninuk Retno Raras ke arah timur. Sementara saya dan adik ipar saya ke arah barat, pulang.
Papan tengara ini saya potret, justru saat akan pulang.
Bersambung
=====
Hahaha itu ada resi yang nangkring di tas tembok pentirtataan. Mungkin reinkernasi dari kehidupan lalu yang gak sempat ngintip mengintip.
BalasHapusEits... itu bukan resi yang reinkarnasi, tapi dari kalangan immortal yang disebut Highlander (orang Tanah Tinggi). Heheheheh...
Hapus