Ketika kami datang pada hari Minggu, kami tak bisa memilih tempat. Hampir semua tempat ‘favorit’ sudah di-okupasi oleh para pedagang. Semakin lama, semakin banyak pedagang yang datang menggelar dagangannya. Bahkan, ronggeng kethek (topeng monyet atau monyet doger) pun menggelar pentas dari satu spot ke spot yang lain. Berbagai jenis ‘odong-odong’ pun hadir, termasuk ‘kereta api’ yang berputar keluar ke jalan raya Siliwangi, melewati depan Stasiun Kejaksan dan Jalan Tanda Barat (yang entah kapan sudah diperlebar), dan kembali masuk ke Alun-alun Kejaksan dari Jalan Kartini.
---
Hari Minggu, relatif sepi di hampir semua ruas jalan di Kota Cirebon.
Minggu Pagi di Kota Cirebon (Bagian 1)
Alun-alun Kejaksan
Kalau bukan karena perayaan HUT Cirebon ke 643 (berdiri sejak 1 Muharam 849 Hijrah), tentulah ruas jalan menuju ke Alun-alun Kejaksan tidak se-ramai ini. Digelar selama 2 pekan, puncaknya tanggal 15 November lalu (1 Muharam, bertepatan dengan tahun baru Islam).
Meski tidak se-ramai saat Pesta Rakyat perayaan HUT Cirebon, setiap hari Minggu pagi, Alun-alun Kejaksan selalu ramai oleh para pedagang. Bahkan ada yang yang sudah menggelar dagangannya, saat Kuliah Subuh masih terdengar dari speaker Masjid At-Taqwa.
Sekira bulan Oktober tahun 2011 lalu, saat Altan (anak pertama saya) baru belajar berjalan, saya (dan istri) rajin membawa Altan ke Alun-alun Kejaksan tiap hari dari jam enam sampai jam setengah tujuh pagi. Karena bukan hari minggu, aktivitas yang terlihat hanya orang-orang yang ber-olah-raga. Sesekali nampak beberapa orang yang keluar dari Masjid At-Taqwa melintas Alun-alun Kejaksan. Saya bisa memilih tempat mana pun yang sesuai untuk melatih Altan berjalan. Sesekali kami datang membawa bola untuk mainan Altan.
(Ditambahkan foto)
Foto ini diunggah pertama kali di Kisah Alun-alun Kejaksan
Tampak Altan dalam gendongan bundanya di gerbang utama Alun-alun Kejaksan.
Ketika kami datang pada hari Minggu, kami tak bisa memilih tempat. Hampir semua tempat ‘favorit’ sudah di-okupasi oleh para pedagang. Semakin lama, semakin banyak pedagang yang datang menggelar dagangannya. Bahkan, ronggeng kethek (topeng monyet atau monyet doger) pun menggelar pentas dari satu spot ke spot yang lain. Berbagai jenis ‘odong-odong’ pun hadir, termasuk ‘kereta api’ yang berputar keluar ke jalan raya Siliwangi, melewati depan Stasiun Kejaksan dan Jalan Tanda Barat (yang entah kapan sudah diperlebar), dan kembali masuk ke Alun-alun Kejaksan dari Jalan Kartini.
Seperti biasa, jam setengah tujuh, kami pulang. Entah sampai jam berapa keramaian di Alun-alun Kejaksan ini akan berakhir.
(Ditambahkan foto)
Altan dengan tali pengaman.
Foto ini pertama kali diunggah di Facebook, lalu di Minggu Pagi di Kota Cirebon (Bagian 2) | Stadion Bima
Sekali waktu, sekira jam sebelas siang, saya lewat di depan Alun-alun Kejaksan. Masih tersisa beberapa pedagang, mungkin sekedar istirahat, ada pula yang sudah berkemas.
Sekarang, tiap hari Minggu, Alun-alun Kejaksan sudah sulit untuk dipakai berolah-raga. Saya tak pernah mencari tahu, kapan awalnya keramaian ini terbentuk. Kalau ada pembaca yang tahu, silakan infokan kepada saya.
=====
Baca juga:
---
Hari Minggu, relatif sepi di hampir semua ruas jalan di Kota Cirebon.
Minggu Pagi di Kota Cirebon (Bagian 1)
Alun-alun Kejaksan
Kalau bukan karena perayaan HUT Cirebon ke 643 (berdiri sejak 1 Muharam 849 Hijrah), tentulah ruas jalan menuju ke Alun-alun Kejaksan tidak se-ramai ini. Digelar selama 2 pekan, puncaknya tanggal 15 November lalu (1 Muharam, bertepatan dengan tahun baru Islam).
Meski tidak se-ramai saat Pesta Rakyat perayaan HUT Cirebon, setiap hari Minggu pagi, Alun-alun Kejaksan selalu ramai oleh para pedagang. Bahkan ada yang yang sudah menggelar dagangannya, saat Kuliah Subuh masih terdengar dari speaker Masjid At-Taqwa.
Sekira bulan Oktober tahun 2011 lalu, saat Altan (anak pertama saya) baru belajar berjalan, saya (dan istri) rajin membawa Altan ke Alun-alun Kejaksan tiap hari dari jam enam sampai jam setengah tujuh pagi. Karena bukan hari minggu, aktivitas yang terlihat hanya orang-orang yang ber-olah-raga. Sesekali nampak beberapa orang yang keluar dari Masjid At-Taqwa melintas Alun-alun Kejaksan. Saya bisa memilih tempat mana pun yang sesuai untuk melatih Altan berjalan. Sesekali kami datang membawa bola untuk mainan Altan.
Foto ini diunggah pertama kali di Kisah Alun-alun Kejaksan
Tampak Altan dalam gendongan bundanya di gerbang utama Alun-alun Kejaksan.
Ketika kami datang pada hari Minggu, kami tak bisa memilih tempat. Hampir semua tempat ‘favorit’ sudah di-okupasi oleh para pedagang. Semakin lama, semakin banyak pedagang yang datang menggelar dagangannya. Bahkan, ronggeng kethek (topeng monyet atau monyet doger) pun menggelar pentas dari satu spot ke spot yang lain. Berbagai jenis ‘odong-odong’ pun hadir, termasuk ‘kereta api’ yang berputar keluar ke jalan raya Siliwangi, melewati depan Stasiun Kejaksan dan Jalan Tanda Barat (yang entah kapan sudah diperlebar), dan kembali masuk ke Alun-alun Kejaksan dari Jalan Kartini.
Seperti biasa, jam setengah tujuh, kami pulang. Entah sampai jam berapa keramaian di Alun-alun Kejaksan ini akan berakhir.
Altan dengan tali pengaman.
Foto ini pertama kali diunggah di Facebook, lalu di Minggu Pagi di Kota Cirebon (Bagian 2) | Stadion Bima
Sekali waktu, sekira jam sebelas siang, saya lewat di depan Alun-alun Kejaksan. Masih tersisa beberapa pedagang, mungkin sekedar istirahat, ada pula yang sudah berkemas.
Sekarang, tiap hari Minggu, Alun-alun Kejaksan sudah sulit untuk dipakai berolah-raga. Saya tak pernah mencari tahu, kapan awalnya keramaian ini terbentuk. Kalau ada pembaca yang tahu, silakan infokan kepada saya.
=====
Alun-alun Kejaksan
=====Baca juga:
Tidak ada komentar:
Iklan dan Promosi terselubung masih boleh, asal cantumkan komentar yang sesuai tema.
Iklan/promosi yang berlebihan dan komentar yang tidak sesuai tema, akan dihapus.
Komentar spam akan dihapus juga.