Macan Ali

Dodi Nurdjaja

Header Ads

728 x 90 ads 728 x 90 ads
Maaf sedang ada penataan ulang label, dalam rangka mau ganti theme/template. Berdampak di Menu Utama.


DMCA.com Protection Status
Copas harus se-izin pemilik konten

Macan Ali

Macan Ali atau Macan Putih Cirebon, pernah menjadi panji atau kode bagi para "Pendekar Macan Cirebon". Perbedaan warna huruf maupun warna dasar dan bentuk Macan Ali, menjadi tanda bagi masing-masing korps atau semacam satuan tugas yang berbeda. Sebutan Macan Ali pada Macan Putih Cirebon, karena memang dihubungkan dengan Sayyidina Ali ibn Abi Thalib. Sebagai simbol keperkasaan Ali, kecerdikan Ali, dan kepandaian Ali dalam strategi perang.
---

Sambungan dari "Macan Putih (2)"

Macan Ali

Macan Ali adalah Macan Putih Cirebon

Macan Putih
Macan Putih
Mundur kembali saat awal saya bikin blog ini (baca Pengantar), saya hanya ingin ikut-ikutan nulis. Sahabat saya, dari Jakarta datang ke Cirebon, mencari bahan tulisan untuk ditulis di sebuah blog Wisata ternama, The Aroengbinang Project. Saya ingin ikut menulis juga tapi tidak mau terikat aturan SEO. Maka saya bikin blog sendiri, saya namakan Macan Putih Project. Sementara header blog, berjudul "Catatan Perjalanan".

Sepulang dari berputar-putar kota Cirebon, dalam rangka mencari dan menyusun bahan tulisan, Sahabat/Sohib saya itu memperlihatkan kaos oblong yang dibelinya.


Macan Ali
Macan Ali

"Ini gambar apa?" tanyanya.
"Ooo, itu Macan Ali," jawabku.
"Apa itu Macan Ali?" tanyanya lagi.
"Ya itu. Kaligrafi huruf arab, yang dibentuk jadi Macan Putih. Itu Macan Putih Cirebon," jawabku lagi.
"Huruf arabnya, tulisannya apa?" tanyanya lagi.
"He he he ... Ga tau. Lupa. Pokoknya Macan Ali itu lambangnya Cirebon, sejak dulu kala." jawabku.

Saat itu, memang benar-benar lupa. Seperti dalam tulisan sebelumnya,
"...banyak yang merasa memiliki kaitan dengan "Macan Putih". "Macan Putih" tidak hanya tersebar di Jawa Barat dan Jakarta saja. Saya pribadi sebenarnya sempat lupa dengan cerita "Macan Putih" yang pernah saya dengar dari almarhumah Emak. Kedatangan Si Sohib ini, membongkar lembar demi lembar ingatan yang telah terkubur di alam bawah sadar."

Macan Ali
Macan Ali

Justru kemudian, dialah yang mendapatkan info dan mengingatkan kepada saya. Kaligrafi huruf arab itu bertuliskan “Laa Ilaaha Illallaah, Muhammadur Rasulullaah”.

Perlahan-lahan ingatan saya pulih kembali. Itupun berkat bantuan tulisan-tulisan di internet juga.

Macan Ali atau Macan Putih, pernah menjadi panji atau kode bagi para "Pendekar Macan Cirebon". Perbedaan warna huruf maupun warna dasar dan bentuk Macan Ali, menjadi tanda bagi masing-masing korps atau semacam satuan tugas yang berbeda. Sebutan Macan Ali pada Macan Putih Cirebon, karena memang dihubungkan dengan Sayyidina Ali ibn Abi Thalib. Sebagai simbol keperkasaan Ali, kecerdikan Ali, dan kepandaian Ali dalam strategi perang.

Konon, beberapa "Pendekar Macan Betawi", juga berasal dari Cirebon.
1. Misalnya, Guru Mughni, atau Kiai Mugeni atau Kiai Geni, ulama Betawi ini dijuluki "Kiai Macan”.
2. Kemudian “Si Ronda Macan Betawi”.
3. Lalu "Si Pitung Macan Betawi”, yang tinggal di Marunda atau Maronda (potong letter atau kependekan dari "RUMAH SI RONDA").
4. Juga "Pendekar Haji Murtadho Macan Kemayoran".

Sebutan "Macan Betawi" dan "Macan Kemayoran", kemudian banyak dipakai klub sepak bola Jakarta (Persija), maupun personil atau pemainnya. Kalau urusan sepak bola, tentu saja tak ada kaitannya dengan Cirebon.


Macan Ali
Macan Ali


Macan Ali
Macan Ali

Dalam Bendera Panji Cirebon itu terdapat:
1. Tulisan “Bismillah” dan ayat-ayat Al Quran yang melambangkan keagungan Allah.
2. Dua bintang dengan delapan sisi, melambangkan Nabi Muhammad dan Fatimah (mertua dan istri Sayyidina Ali ibn Abi Thalib).
3. Singa Kecil dan besar serta dua buah pedang yang menyilang yang melambangkan pedang Zulfikar milik Ali.
4. Singa besar yaitu Asadullah atau singa Allah yang diterjemahkan dengan Macan Ali.
5. Lima orang manusia suci melambangkan tiang agama sebagai sumber petunjuk dan hidayah.


Macan Ali
Macan Ali

Belakangan ini, lambang Macan Ali kembali marak di Cirebon. Selain dijual dalam bentuk kaos, seperti yang dibeli oleh Si Sohib, ada juga dalam bentuk gambar tempel (sticker), kalender, tidak terkecuali lukisan di atas kanvas serta lukisan kaca. Mungkin saja ini hanya merupakan tren mode di kalangan masyarakat Cirebon sekarang. Namun, semoga bisa juga untuk mengenal dan mewarisi semangat dan kepahlawanan Macan Ali dari para Pendekar Macan dan korps Prajurit Kesultanan Cirebon.


Macan Ali
Macan Ali

Saya mendapatkan kembali gambar Bendera Panji Cirebon ini pun dari Si Sohib itu, saat dia sudah di Jakarta. Dia tag nama saya di sebuah Foto Facebook tentang  keberadaan Bendera Panji Cirebon, yang kini tersimpan di Museum Rotterdam, Negeri Belanda. Aneh, kenapa bukan museum cirebon, atau minimal museum di negara RI sendiri.

Konon, lambang Macan Ali dan Bendera Panji Cirebon pernah ikut dikibarkan oleh Pasukan Sandi Jayakarta yang melalui laut (baca "Ronggeng Bugis"). Dan pernah juga berkibar saat terjadi "Pemberontakan Massal Cirebon" (atau lebih sering disebut sebagai "Perang Kedongdong") para santri melawan pemerintahan kolonial Belanda (yang kemudian dibantu tentara Portugis).


Sampai di sini dulu.
===

Macan Ali

===
Baca juga:
 - "Jadi, Grage Itu Apanya Cirebon?"
 Didedikasikan bagi:
1. Abah (alm) H. M. Bongkar: Ustadz dan Pendekar Macan Cirebon.
2. Ayahanda (alm) H. M. Thoip Makbul: dijuluki "Macan Cirebon" dalam dunia Badminton (Bulutangkis) Nasional. (Sebelum menjadi anggota TNI-AL)

5 komentar:

  1. interesting articles and commentaries friend, I became interested in reading, I introduce a new blogger from Indonesia origin. greetings

    BalasHapus
  2. ini merupakan bukti bahwa nusantara kita sudah lama berhubungan erat dengan jazirah arab.
    ======================
    cara agar cepat hamil

    BalasHapus
  3. Bujug buneng. Membaca tulisan 10 tahun yang silam ini, ternyata saya sempat ziarah ke maqam Guru Mughni, "patok" Betawi yang pernah menjadi tuan tanah kawasan Kuningan hingga Mampang di Jakarta. Maqam beliau dan keluarga besarnya pun di Mega Kuningan, berdekatan dengan kedutaan besar Palestina dan perkantoran papan atas.

    Dari ziarah ini saya menemukan masjid jami al Mughni. Posisinya di tepi jalan Gatot Subroto, persis di seberang museum legendaris Satria Mandala. Dari hasil mengobrol dengan juru parkir, saya mendapat info tentang cucu Guru Mughni yang rutin memberikan kajian hadits. Singkat cerita, saya kemudian mengikuti pengajian hadits tersebut bahkan sempat mengunjungi Pondok Pesantren Pusat Kajian Hadits (PKH) di kabupaten Bogor. Sayang sekali beliau, KH DR. Ahmad Lutfi Fathullah, Lc, MA, wafat 11 Juli 2021 akibat Covid. Lahul Faatihah.

    BalasHapus

Iklan dan Promosi terselubung masih boleh, asal cantumkan komentar yang sesuai tema.
Iklan/promosi yang berlebihan dan komentar yang tidak sesuai tema, akan dihapus.
Komentar spam akan dihapus juga.

Copyright © 2011 Dodi®Nurdjaja™ . Diberdayakan oleh Blogger.